Sebatas Kata "KITA"

Bagai rintik hujan dan gemercik suara ombak. Engkau datang menjumpaiku saat aku hanya melihat kedepan, bertatapankan awan dan sinar dari cerahnya matahari tenggelam. Engkau hadir menyapa ku, mengajak ku berbicara dan menatap ku sangat dalam seperti lautan. Saat itu, bertemuan yang berujung obrolan asik, seru dan membuat lupa waktu. Di sudut café pinggir pantai engkau dan aku menghabiskan malam bersama, melihat indahnya bintang dan bulan cerah. Entahlah, seperti apa engkau sebenarnya hati ini sudah hanyut dalam kalimat manismu. Dalam prilakumu yang membuatku selalu tertawa dan tertawa hingga sesak sekali.

Mendapatkan teman baru selain kopi dan notes. Sungguh, membuat hati yang kosong ini terisi kembali. Saat ku tawarkan engkau kopi, engkau enggan untuk meminumnya. Tak apalah, ku tawarkan minuman lain. Aku selalu dengan note dan sebotol kopi hangat. Saat engkau dan aku bersama rasanya ingin sekali setiap hari begitu dan terus setiap hari. Bagaimana bisa hati ku sudah berlabuh padamu, entahlah hanya itu yang dapat ku rasakan sekarang.  Hati ku tak dapat memilih kepada siapa dan dipilih oleh siapa. 


Namun, hati ku sudah berlabuh tepat dihatimu. Jelas sekali, kini kita selalu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan. Menghabiskan tawa, hari dan waktu bersama. Kita selalu menghabiskan senja bersama dengan minuman masing-masing engkau teh dan aku kopi. Dengan, cookies coklat dan terkadang kita membuat cemilan bersama. Sungguh indah bukan, saat kita bisa bersendau gurau bersama, kisah yang sederhana ini berjalan sangat bahagia.

Jika senja tiba hal yang selalu ku nanti saat engkau memberikan suatu cerita klasik yang membuat hati merasa masuk kedalamnya. Cerita roman yang klasik dan romantic. Aku suka menulis puisi dan terkadang menuliskan dan membacakannya untukmu. Seandainya, waktu dapat aku diamkan ingin sekali, menghentikan waktu, hari, bulan dan bahkan tahun. Ingin sekali, namun hari selalu berjalan sangat cepat, terasa berlari dan tergesa-gesa untuk kita berdua nikmati. Kita selalu ingin melakukan perjalanan berdua, dengan berfoto di puncak gunung, merayakan ulang tahun bersama dipuncak gunung. Selalu, ada dalam list perjalanan ku, ingin sekali mewujudkan semua mimpi yang ada di notes ku. 

Namun, sulit untuk merealisasikan mimpi ini. Engkau, makin hari makin sibuk dan asik dengan dunia mu sendiri. Aku yang selalu menunggumu di sudut café setiap senja datang, tetapi engkau tak juga hadir. Engkau, yang menyibukkan diri dengan segudang aktivitas. Sedangkan, aku dapat berlari dan berjalan dikala itu. Menghabiskan waktu dengan menulis dan membuat suatu cerita saja dengan asik dan tetap saja, kopi lah yang setia menemaniku.

Terlebih tiba-tiba engkau mengirimkan suatu pesan singkat yang hanya membuat aku berdiam tanpa kata. Iya sebuah pesan yang sangat membuat waktu terasa terhenti sejak, seakan membunuh aku secara tiba-tiba. Engkau yang berkata,” ingin menghabiskan hari dan hidupmu tanpa adanya aku. Engkau yang ingin menghabiskan ego mu dengan kebahagian bersama yang lain”. Sedangkan, aku hanya bisa meng’iya’ kan saja. Jujur saja, kala itu hatiku berasa dilempar kejurang yang sangat tinggi. Namun, aku tak bisa melarang engkau pergi. Aku mencoba hidup tanpa adanya engkau lagi teh. Aku selalu belajar untuk tetap memperbaiki kualitas yang ada di diriku. Aku mencoba sendiri untuk menatap masa depanku. 

Bahkan, aku selalu berfikir aku bisa bahagia tanpamu lagi. Engkau pergi, aku tidak dapat menunggu waktu untuk kembali bersamamu. Aku sudah mulai merelakan kepergianmu, melepaskanmu untuk dapat terbang bebas layaknya seekor burung. Aku iya aku hanya seorang yang menunggu waktu kapan kita dapat bersama. Tetapi, semua rasa tentangmu makin lama makin memudar. Aku percaya engkau sudah bahagia tanpa bersamaku. Aku senang menjalani kehidupan ini sendiri walau tanpa teh aku tetap senang, rasa kecewa ku hilang seperti tidak ada masalah apapun ketika adanya kopi. Mungkin, kita hanya sebuah kata dalam hidup ini. Engkau menghilang tanpa adanya kabar berita, engkau meninggalkan ku begitu saja. Cukup menyedihkan!!

Menatap matahari yang cerah di hari yang sangat terik ini mengingatkanku bahwa tanpa teh aku tetap bisa berdiri dan tertawa. Aku rela kau pergi, aku sudah rela ketika engkau menghilang, aku rela ketika melihat foto-fotomu dengan temanmu, aku rela ketika engkau bahagia dengan seseorang yang dapat menyayangimu. Mungkin, ini sudah jalan dari Tuhan bahwa aku harus berjuang menatap kehidupan baru diluar sana. Aku yang menjelajah waktu bersama kopi kali ini, kopi yang setia membawa aku kemana aku inginkan. Kopi sangat membuat hidup ini semakin berasa manis.


Maafkan aku teh untuk tidak menunggumu hadir kembali. Selamat berbahagia dengan semua keputusanmu. Semoga, hari-harimu menyenangkan. –senja- 

Comments

Popular posts from this blog

Analisa Program Sitkom "Tetangga Masa, Gitu?"

Style Cantik Saat Mendaki Gunung

Pelangi diujung Senja