Sepasang yang tak dipasangkan

Antara malam yang sudah terlewati kilaunya kali ini engkau datang. Bersamaan dengan indahnya langit yang dipenuhi bintang. Sadar sekali saat ini aku hanya seorang yang tak dapat menerimamu, bahkan membuatmu tersenyum. Hanya sebatas melihatmu dari kejauhan, bahkan sudah cukup lama mengenalmu. Berbagi kisah pun sejatinya hanya bersamamu. Entahlah, apa yang membuat hati ini terpaku terlalu lama denganmu. Entahlah, aku yang terlalu tidak perdulikanmu, aku yang selalu saja memendam rasa ini sendiri. Tak perlu ditanya aku pun mulai paham karaktermu, sifatmu bahkan manjamu. Walaupun banyak perbedaan antara kita, sesungguhnya aku berharap selalu disampingmu dan menemanimu setiap harinya.

Ada saja kalanya saat kita berbicang, tertawa bahkan saling tidak bisa tidur. Aku selalu menjadi seorang yang egois diantara kita. Aku yang terlalu asik dengan duniaku tanpa menghiraukanmu yang hadir menemaniku kala itu. Jelas saja, aku ini bukan tipemu dan sebaliknya engkaupun bukan tipeku. Tetapi, aku yang selalu menghadapi semuanya dengan santai dan menikmati kisah yang tidak sejalan ini dengan senyuman dan tertawa saja.  Ketika aku menjadi bagian dari kamu, dengan ketidakcocokan kita ini kau tetap bersamaku? Banyak sekali pertanyaan yang membuat hati ini selalu bertahan dengan satu pilihan yang tak pasti yaitu engkau.


Sejalan dengan waktu yang terus berlalu. Kita pun terlalu hanyut dalam rindu. Hayut dalam kesedihan yang membuatmu untuk pergi meninggalkan aku. Bagai kisah yang tak berjudul kali ini, antara aku dan engkau. Seperti pelangi sehabis hujan engkau pun pergi secepat itu.  Engkau memilih jalan untuk bersamanya, bukan aku. Sedangkan aku yang memilih untuk menyibukkan diriku dengan berbagai kegiatan. Engkau yang mulai mendapat pelukan baru, engkau yang mulai memiliki dunia baru. Sedangkan aku? Hanya mencoba kuat dari semuanya. Sungguh tidak percaya rasanya engkau pergi secepat itu. Aku masih merindukan saat kita menghabiskan malam dengan ribuan bintang, aku masih merindukan saat engkau coba memotretku, aku rindu saat kita menerjang hujan berdua. Hingga akhirnya kita hanya bisa saling menatap tanpa bicara. Terdiam melihatmu bahagia walau bersama yang lain.


Senja.

Comments

Popular posts from this blog

Analisa Program Sitkom "Tetangga Masa, Gitu?"

Style Cantik Saat Mendaki Gunung

Pelangi diujung Senja